Kapolri Terima Tanjak dari LAM Riau, Apa Maknanya?

Sebuah momen bersejarah terjadi di Balai Adat Pekanbaru, Sabtu (12/7/2025). Jenderal Listyo Sigit Prabowo, pimpinan tertinggi Kepolisian Republik Indonesia, menerima anugerah adat tertinggi bernama Ingatan Budi dari lembaga kebudayaan Melayu setempat. Acara ini dihadiri tokoh penting seperti Gubernur Riau dan Kapolda, menegaskan harmonisasi antara institusi negara dengan kearifan lokal.
Prosesi adat berlangsung khidmat dengan pemasangan tanjak, selempang, keris, dan kalung. Setiap simbol memiliki arti mendalam – mulai dari perlindungan hingga kekuatan moral. Ritual tepuk tepung tawar dan daun ati-ati menjadi penanda sikap waspada dan ketulusan dalam pengabdian. Seperti dilaporkan Kompas, rangkaian tradisi ini bukan sekadar formalitas.
Penghargaan ini merupakan pengakuan atas dedikasi kepolisian dalam menjaga keamanan sekaligus melestarikan nilai budaya. Dalam sambutannya, pimpinan Polri menyebut anugerah adat sebagai cambuk untuk meningkatkan pelayanan publik. Sinergi antara penegak hukum dan masyarakat adat ini menjadi contoh nyata pembangunan berbasis kebudayaan.
Peristiwa ini mengajarkan bahwa kepemimpinan yang baik tidak hanya diukur dari prestasi formal, tapi juga kemampuan merangkul identitas lokal. Dengan menerima atribut kebesaran Melayu, institusi kepolisian menunjukkan komitmen menjaga warisan leluhur sambil menjalankan tugas negara.
Latar Belakang Tradisi Tanjak dan Adat Melayu Riau
Warisan budaya Melayu di Riau terjaga berkat peran aktif lembaga adat yang menjadi penjaga nilai-nilai luhur. Sejak 6 Juni 1970, Lembaga Adat Melayu Riau telah menjadi benteng pelestarian tradisi melalui program edukasi dan ritual sakral.
Sejarah Lembaga Penjaga Tradisi
Selama 54 tahun, lembaga adat ini konsisten mempertahankan filosofi hidup masyarakat Melayu. Ketua Umum DPH LAM Riau menegaskan, “Kami bukan sekadar pelestari, tapi penjaga jati diri bangsa.” Balai Adat di Jalan Diponegoro, Pekanbaru, menjadi saksi berbagai upacara penting yang menghubungkan masa lalu dan kini.
Filosofi di Balik Atribut Kebesaran
Setiap unsur dalam prosesi adat mengandung makna mendalam. Berikut tabel makna simbol-simbol utama:
Simbol | Makna | Filosofi |
---|---|---|
Selempang | Perlindungan | Tanggung jawab mengayomi masyarakat |
Keris | Kekuatan moral | Integritas dalam bertindak |
Kalung Pingat | Persaudaraan | Kesatuan dalam keberagaman |
Ritual tepuk tepung tawar menggunakan daun ati-ati mengajarkan pentingnya kebijaksanaan. Tradisi ini tercatat dalam khazanah budaya Melayu sebagai warisan tak benda yang tetap relevan di era modern.
Melalui berbagai aktivitas budaya, lembaga adat melayu riau terus memperkuat identitas lokal. Mereka menjadi jembatan antara generasi tua dan muda dalam memahami nilai-nilai luhur adat melayu.
Kapolri Terima Tanjak dari LAM Riau: Simbol Pengabdian dan Tanggung Jawab
Penghargaan tertinggi dalam budaya Melayu Riau ini menjadi cermin hubungan harmonis antara penegak hukum dan masyarakat. Anugerah Adat Ingatan Budi tidak hanya berupa benda pusaka, tapi juga pengakuan atas dedikasi tanpa pamrih.
Pesan Moral dan Nilai Luhur dari Anugerah Adat
Datuk Seri Taufik Ikram Jamil menjelaskan: “Konsep ini melampaui ingatan biasa. Ini kesadaran kognitif yang melahirkan tindakan terpuji.” Filosofi tersebut tercermin dalam tabel makna:
Aspek | Makna Filosofis | Implikasi |
---|---|---|
Budi | Kebaikan hati | Dasar setiap pengambilan keputusan |
Ingatan | Kesadaran kolektif | Penjaga warisan nilai luhur |
Pengikat | Integritas | Penyatu kata dan perbuatan |
Respons Kapolri terhadap Penghormatan Adat
Dalam pernyataannya, Listyo Sigit Prabowo menegaskan: “Ini amanah moral untuk terus meningkatkan pelayanan dengan keikhlasan.” Pimpinan Polri ini menganggap penghargaan sebagai pengingat bahwa tugas negara harus dijalankan dengan nilai luhur sebagai fondasi.
Bentuk penghormatan ini juga menjadi motivasi bagi institusi kepolisian. Sigit Prabowo menambahkan: “Setiap anggota harus menjadi teladan yang dikenang karena kontribusinya, bukan hanya karena jabatan.”
Peran LAM Riau dalam Mempertahankan Nilai Budaya dan Persatuan
Di tengah derasnya arus modernisasi, lembaga kebudayaan menjadi benteng terakhir pelestarian identitas. Budaya Melayu Riau terus hidup berkat komitmen para penjaga tradisi yang tak kenal lelah.
Pentingnya Jati Diri Budaya Melayu di Tengah Globalisasi
Kepemimpinan Datuk Seri Taufik Ikram Jamil membawa lembaga adat ini menjadi mercusuar kebudayaan. Mereka tak hanya melestarikan tarian atau pakaian tradisional, tapi merawat nilai-nilai luhur seperti gotong royong dan toleransi.
Seperti diungkapkan pimpinan kepolisian dalam sambutannya: “Kearifan lokal ini adalah kompas moral bangsa.” Penghargaan terhadap adat melayu riau bukan sekadar ritual, tapi pengakuan atas perannya sebagai perekat persatuan.
Masyarakat adat dan tokoh budaya terus bersinergi menghadapi tantangan zaman. Upaya ini sejalan dengan pesan persatuan dari pimpinan nasional – bahwa keberagaman harus menjadi kekuatan, bukan pemecah belah.
Melalui berbagai program edukasi dan dialog budaya, lembaga ini membuktikan bahwa tradisi bisa tetap relevan. Anugerah yang diberikan menjadi penyemangat untuk terus menjaga warisan leluhur sebagai fondasi karakter bangsa.