Mengenal Sikap Indonesia BRICS dalam Kerjasama Internasional

Pada 6 Januari 2025, Indonesia resmi menjadi anggota penuh BRICS. Momen ini menandai langkah strategis dalam hubungan internasional negara ini. Bergabung bersama Mesir, Ethiopia, Iran, dan UEA, Indonesia memperkuat posisinya di panggung global.
BRICS, yang mewakili 40% populasi dunia dan 25% PDB global, menjadi kekuatan ekonomi alternatif bagi negara-negara berkembang. Keanggotaan ini membuka peluang baru bagi Indonesia untuk memperkuat perekonomian dan kerja sama internasional.
Sebagai negara pertama di ASEAN yang bergabung, Indonesia menunjukkan komitmennya dalam membangun kemitraan global. Ekspansi BRICS pada 2023-2024 juga memperluas pengaruh kelompok ini di dunia.
Keanggotaan ini bukan hanya pencapaian besar bagi Indonesia, tetapi juga langkah penting dalam konteks ekonomi politik global. Dengan bergabung, Indonesia siap berkontribusi lebih besar dalam kerja sama internasional.
Pengantar: Indonesia dan BRICS
Sejak awal, BRICS telah menjadi wadah penting bagi negara-negara berkembang. Kelompok ini menawarkan alternatif dalam tata kelola ekonomi global, terutama bagi negara yang ingin mengurangi ketergantungan pada sistem Barat.
Apa itu BRICS?
BRICS awalnya dibentuk pada tahun 2006 dengan nama BRIC, yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, dan China. Pada tahun 2010, Afrika Selatan bergabung, mengubah nama kelompok ini menjadi BRICS. Kelompok ini mewakili sekitar 40% populasi dunia dan 25% PDB global.
BRICS bertujuan untuk memperkuat kerja sama ekonomi dan politik di antara anggotanya. Selain itu, kelompok ini juga berperan sebagai counter-hegemoni terhadap organisasi seperti IMF dan WTO.
Sejarah Keanggotaan Indonesia dalam BRICS
Proses aksesi Indonesia dimulai sejak KTT BRICS 2023. Setelah melalui berbagai tahapan, negara ini resmi menjadi anggota penuh pada 6 Januari 2025. Ini adalah langkah strategis yang menunjukkan komitmen Indonesia dalam kerja sama internasional.
Bergabungnya Indonesia bersama Mesir, Ethiopia, Iran, dan UEA memperluas pengaruh BRICS di kawasan Asia Tenggara. Ini juga menandai era baru dalam hubungan ekonomi dan politik global.
Langkah Strategis Indonesia Bergabung dengan BRICS
Menurut Frisca Alexandra, ahli Hubungan Internasional dari Universitas Mulawarman, keanggotaan ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada sistem ekonomi Barat. Selain itu, ini juga membuka peluang untuk diversifikasi mitra dagang dan investasi.
“Bergabung dengan BRICS adalah langkah penting untuk memperkuat posisi Indonesia di panggung global,” ujarnya.
Pemerintah Indonesia melihat BRICS sebagai wadah untuk memperjuangkan kepentingan negara-negara berkembang. Ini juga menjadi momentum untuk memperkuat diplomasi multilateral.
Tahun | Peristiwa |
---|---|
2006 | BRIC didirikan |
2010 | Afrika Selatan bergabung, menjadi BRICS |
2023 | Proses aksesi Indonesia dimulai |
2025 | Indonesia menjadi anggota penuh |
Manfaat Keanggotaan Indonesia dalam BRICS
Keanggotaan dalam BRICS membawa manfaat besar bagi perekonomian dan diplomasi global. Dengan akses ke pasar 3 miliar konsumen, peluang untuk meningkatkan ekspor komoditas unggulan semakin terbuka lebar. Ini menjadi langkah strategis untuk memperkuat posisi di panggung internasional.
Potensi Ekonomi dan Pasar yang Lebih Luas
Bergabung dengan BRICS memberikan akses ke pasar yang lebih luas. Negara-negara anggota seperti India dan China menawarkan peluang kerja sama dalam bidang teknologi digital. Selain itu, New Development Bank (NDB) menyediakan skema pembiayaan untuk proyek infrastruktur strategis.
Transfer teknologi pertahanan dari Rusia juga menjadi salah satu manfaat yang bisa dimanfaatkan. Ini akan mendukung pembangunan di sektor pertahanan dan keamanan.
Diversifikasi Mitra Dagang dan Investasi
Keanggotaan ini memungkinkan diversifikasi mitra dagang dan investasi. Dengan mengurangi ketergantungan pada satu pihak, perekonomian menjadi lebih stabil. Kerja sama dengan negara-negara berkembang lainnya juga membuka peluang baru dalam perdagangan.
Skema pembiayaan melalui NDB juga mendukung proyek-proyek pembangunan yang berkelanjutan. Ini menjadi langkah penting untuk meningkatkan daya saing ekonomi.
Kekuatan Diplomasi dan Pengaruh Global
Keanggotaan BRICS memperkuat posisi tawar dalam reformasi institusi global seperti IMF dan Bank Dunia. Ini juga menjadi momentum untuk mendorong penggunaan mata uang non-dolar AS dalam transaksi internasional.
Strategi paralel keanggotaan OECD dan BRICS juga memperkuat diplomasi multilateral. Dengan demikian, pengaruh global semakin meningkat, terutama dalam isu-isu ekonomi dan politik.
Challenges and Risks for Indonesia in BRICS
Bergabung dengan BRICS membawa tantangan yang perlu diantisipasi dengan cermat. Meski menawarkan peluang besar, ada beberapa risiko yang harus diperhatikan, terutama terkait dominasi ekonomi China dan persaingan internal.
Ketergantungan pada China dan Risiko Geopolitik
China menyumbang sekitar 70% PDB BRICS, menciptakan ketergantungan ekonomi yang signifikan. Hal ini bisa menjadi ancaman jika terjadi perubahan kebijakan atau konflik kepentingan. Menurut Abubakar Eby Hara, risiko terseret dalam konflik negara adidaya perlu diwaspadai.
Selain itu, dominasi China juga memengaruhi dinamika internal BRICS. Negara-negara anggota harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam persaingan geopolitik yang merugikan.
Persaingan Internal di BRICS
Persaingan antaranggota, terutama antara India dan China, menjadi isu yang sering muncul. Misalnya, di sektor tekstil, India memiliki keunggulan kompetitif yang sulit ditandingi. Hal ini bisa menciptakan ketidakseimbangan dalam kerja sama ekonomi.
Selain itu, overspecialization pada ekspor komoditas juga menjadi risiko. Negara-negara anggota perlu diversifikasi ekonomi untuk mengurangi ketergantungan pada satu sektor.
Tantangan dari Negara Barat
Keanggotaan BRICS juga menghadapi tekanan dari negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat. Kebijakan proteksionis yang mungkin diterapkan oleh Donald Trump pasca-pelantikan 2025 bisa memicu perang dagang baru.
Selain itu, dualisme posisi di G20 dan BRICS juga menjadi tantangan. Negara-negara anggota harus menjaga keseimbangan agar tidak terjebak dalam konflik kepentingan global.
Strategi Indonesia sebagai Anggota Baru BRICS
Sebagai anggota baru, langkah strategis perlu diambil untuk memaksimalkan potensi keanggotaan. Fokus utama adalah memperkuat daya saing ekonomi, menjaga keseimbangan hubungan luar negeri, dan meningkatkan diplomasi multilateral. Ini menjadi kunci untuk mencapai tujuan jangka panjang.
Memperkuat Daya Saing Ekonomi Domestik
Peningkatan investasi dalam pendidikan dan penelitian & pengembangan (R&D) menjadi prioritas. Menurut Kemenperin 2023, strategi triple helix yang melibatkan pemerintah, industri, dan akademisi akan mendorong inovasi. Hal ini juga mendukung pembangunan sektor teknologi dan infrastruktur.
Program capacity building melalui BRICS Skills Development juga menjadi langkah penting. Ini akan meningkatkan keterampilan tenaga kerja lokal, mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Menjaga Keseimbangan Hubungan Luar Negeri
Strategi “bridge builder” yang diusung Presiden Prabowo di KTT Rio de Janeiro menunjukkan komitmen untuk menjaga netralitas. Di tengah polarisasi AS-China, keseimbangan hubungan dengan kedua pihak tetap dijaga.
Menurut ASEAN 2024, mempertahankan hubungan baik dengan negara Barat juga menjadi prioritas. Ini memastikan bahwa kepentingan nasional tetap terlindungi tanpa mengorbankan kerja sama dengan mitra baru.
Penguatan Diplomasi Multilateral
Keanggotaan ini menjadi momentum untuk memperkuat diplomasi multilateral. Peran aktif dalam reformasi tata kelola teknologi AI dan isu-isu global lainnya menunjukkan komitmen untuk berkontribusi lebih besar.
“Strategi ini tidak hanya memperkuat posisi, tetapi juga membuka peluang baru dalam kerja sama internasional,” ujar seorang ahli.
Dengan fokus pada kepentingan bersama, langkah ini akan memperluas pengaruh di panggung global.
Kesimpulan
Dalam enam bulan pertama, partisipasi aktif telah membawa dampak signifikan. Keanggotaan ini memperkuat posisi sebagai penghubung antara Global South dan G20, menciptakan peluang baru dalam kerja sama internasional.
BRICS sebagai platform multipolar baru menawarkan ruang untuk memperjuangkan kepentingan bersama. Implementasi politik luar negeri bebas-aktif menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan hubungan dengan berbagai pihak.
Pasca-KTT Rio 2025, perkembangan BRICS diprediksi akan semakin dinamis. Untuk optimalisasi keanggotaan, rekomendasi kebijakan seperti peningkatan diplomasi dan diversifikasi mitra perlu dipertimbangkan. Informasi lebih lanjut tentang BRICS dapat ditemukan di berita ini.