Mengenal Borobudur Mandala Pepadhaning Jagat

Alhamdulillah telah terselenggaranya kegiatan Padi Nusantara di sesi kedua (17/04) yang sedikit berbeda dari sesi yg pertama. Pekan lalu (08/04), sesi pertama dilakukan secara hybrid dan di sesi kedua ini dilakukan secara online. Akan tetapi tak mengendorkan semangat para audiens yg turut bergabung dalam menikmati wejangan demi wejangan yg disajikan oleh narasumber.

Tentunya berbeda dari setiap sesinya yangg dihadirkan oleh Padi Nusantara. Dimulai dari topik dan juga narasumbernya. Pada hari Senin, 17 April 2023 memasuki edisi kedua yang dipandu oleh moderator dari ketua Lembaga Pelatihan Jang Oetama (LPJO) yakni Anggun Nugroho, S., S.Si tentunya menambah hidup ruang diskursus malam itu. Sesi kedua agenda padi Nusantara mengusung tema “Borubudur; Mandala Pepadhaning Jagat” dengan narasumber yg keren yakni Dr. Dian Arymami, S.I.P., M.Hum. Berlatar belakang peniliti sosial dan kebudayaan serta juga dosen di jurusan komunikasi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Dr. Arymami, S.I.P., M.Hum. yang lebih akrab dipanggil bu Monik ini mempunyai ketertarikan di penelitan budaya Nusantara. Makanya tak heran kalau beliau ini sudah amat banyak meniliti peninggalan sejarah di Indonesia.

Bu Monik dalam Pemamaparan Materinya

Acara tersebut di ikuti sekitar 100 orang dari kalangan anak muda maupun orang tua. Dari peniliti, mahasiswa dan juga siswa. Ada banyak juga para akademisi yg turut bergabung dalam sesi kedua ini seperti Dr. Aji Dedi Mulawarman, Dr, Ari Kamayanti, Ki H. Joko Setiono dll. Mereka juga turut bergabung dalam sesi kedua pada malam hari itu. Dengan banyaknya yang bergabung, maka timbullah antusias dari para audiens membuat diskursus lebih interaktif. Pertanyaan maupun opini liar pun tak ayal mereka sampaikan dalam sesi diskusi.

Selanjutnya narasumber pun memaparkan dari dari banyak hal. Seperti halnya narasumber mengatakan Indonesia memiliki salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Apalagi kalau bukan Candi Borubudur. Sekilas jika melihat Candi Borubudur kita merasa bangga dan penuh decak kagum betapa indah dan hebat peradaban Nusantara dalam membangunnya. Mengapa? Karena bila kita lihat bangunan candi dari segi desain dan arsitektur, siapa yang percaya kalau Candi Borubudur dibangun pada tahun 800-an masehi atau abad ke-9 oleh penganut agama Buddha.

Nah, oleh karena itu Padi Nusantara pada sesi kedua ini mencoba kembali melihat ke belakang tentang peradaban Nusantara. bagaimana bisa mendesain dan membangun candi terbesar di dunia ini. Sedangkan pada masa itu kita tahu bahwa masa itu belum secanggih sekarang. Kemudian rasa gelisah pertanyaan mulai bermunculan tentang bagaimana mereka membangunnya. Apa tujuan membangun Candi Borubudur di Nusantara dan mengapa bangunan megah tersebur justru hadir di Nusantara?

Borobudur Sebagai Kompas, Jam, dan Kalender

Berdasarkan sejauh riset dan penilitian tentang Candi Borubudur, beliau mengatakan bahwa Candi Borubudur ini bukan hanya sekadar bangunan biasa yang hanya dibangun untuk dijadikan tempat ibadah ataupun hiasan semata. Selama beliau meniliti, ternyata Candi Borubudur ini mempunyai fungsi jauh lebih visioner atau lebih maju dalam menghitung hari dan juga jam. Bisa dikatakan Candi Borubudur ini berfungsi juga sebagai kompas, jam, serta kalender. Artinya Candi Borubudur dibangun tidak hanya bangunan biasa. Tetapi mencoba melipat gandakan fungsi dari Candi Borubudur tersebut. Makanya tak heran bila selalu terpukau akan indah dan canggih nya apabila kita runut dan bandingkan dengan masa kini. Meskipun banyak hal yang sudah diteliti oleh beliau, beliau menegaskan bahwa Candi Borubudur masih tetap menyimpan misteri demi misteri. Sehingga bagi orang, komunitas, dan juga ahli sejarah takkan cukup bisa mengupas serta menyingkap tabir dari Candi Borubudur secara spesifik dan objektif. Demikian ujar dari pemaparan bu Monik

Kemudian dengan antusias dari audiens, banyak sekali pertanyaan diontarkan oleh para partisipan. Namun dikarenakan waktu tak cukup bersahabat dari keseluruhan total sepuluh penanya, moderator hanya memberi kesempatan pada tiga orang penanya yakni Ikhsan, Ki joko dan pak Aji Dedi.

Akhirnya mereka bertanya dan menyampaikan argumen tetapi tidak mencoba mengkerdilkan pendapat satu sama lain. Moderator pun cukup kewalahan, namun masih bisa di-handle olehnya. Serta di akhir sesi, tak lupa mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh audiens dan tentunya narasumber yang luar biasa atas pengetahuan Nusantara ini.

Borobudur dan Kecanggihan Peradaban Nusantara

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *