Bercocok tanam selaras dengan alam: langkah awal menuju indonesia lestari

Sabtu, 9 maret 2024 pukul 9.30-11.30 WIB adalah waktu berkumpulnya pemuda dari lintas organisasi di malang diantaranya adalah Aktivis Peneleh Regional Malang, Gerakan Hijau Peneleh, Kader Hijau Muhammadiyah (KHM), IMM dari bergbagai komisariat, Biro Psikologi Kancamu dan lainnya. Bercocok tanam Selaras dengan Alam, menjadi langkah awal menuju Indonesia lestari adalah bagian dari Agenda 3in1 Day. Agenda 3in1 Day sendiri merupakan agenda rutinan yang diinisiasi oleh Penerbit Peneleh.

Agenda ini bertempatkan di lahan MKPPG (Masjid Kampus Pusat Pembelajaran Gratis) Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Aksi ini dilakukan oleh anak-anak muda yang resah tentang kondisi iklim dan masifnya penggunaan pupuk sintetis yang melebihi ambang batas maksimal. Acara ini diawali dengan pembukaan yang dipimpin oleh Deo Sandy (Aktivis Peneleh Regional Malang) dan disambut oleh Kepala Sekolah Aktivis Peneleh Jang Oetama yaitu Ibnu Syifa. Dalam sambutannya, Ibnu Syifa menjelaskan bahwa “agenda ini dilaksanakan untuk mempererat tali silaturahim antar organisasi dalam proses sumbangsih ide terkait “alam ini mau diapakan?” dan ini adalah langkah awal untuk membangun kemandirian berbasis alam yang diinisiasi langsung oleh pemuda lintas generasi. Serta MKPPG Singosari ini adalah milik kita bersama. “karena apa yang dicitakan kita untuk mengaksikan idealisme (melestarikan alam) ya disini (MKPPG singosari) sebagai pusat edukasi kita semua.” Ujar Ibnu Syifa menambahkan keterangan dalam pemaparannya.

Ada 3 rangkaian agenda yang dilaksanakan pada pagi menuju siang dalam tema bercocok tanam selaras dengan alam yaitu edukasi dan aplikasi terkait penyemaian pada tanaman sayur dan buah, edukasi pemuliaan tanah dengan menggunakan pupuk yang berasal dari alam dan pengaplikasiannya dan susur lahan MKPPG yang memiliki luas lahan +/- 1200 m2


Di akhir penutupan, dalam penyamapainnya, Ahmad Tsiqqif Asyiqulloh (Sekretaris Jenderal Aktivis Peneleh Jang Oetama) memberikan pesan bahwa, “dengan dibacakan do’a di akhir ini bukan sebagai akhir, tetapi sebagai awal dimulainya tumbuh tunas-tunas baru dan tumbuh harapan-harapan baru untuk Indonesia yang zelfbestuur.”

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *